B. Indonesia

Pertanyaan

pelajaran yg didapatkan dari kisah romeo juliet

1 Jawaban

  • × BerandaCerpen Life Style Zone Dunia Islam Hiburan Redaksi Copyright © 2016 Annida Online Created by annida-online.com BerandaCerpen Life Style Zone Dunia Islam Hiburan Redaksi Review | Dibaca : 1564 Kali PELAJARAN DARI ROMEO JULIET 0 Ekky Imanjaya Olahraga bukanlah sekadar cara untuk membuat fisik menjadi sehat. Ia menjadi komoditas, gaya hidup, filsafat kehidupan, ideologi, bahkan jalan hidup dan "agama" baru. Ia bisa menjadi jendela untuk menelaah elan vital dan denyut peradaban serta kemanusiaan. Any Given Sunday karya Oliver Stone, misalnya, menguak soal ambisi dan makna kemenangan. Shaolin Soccer dari Stephen Chow bicara, salah satunya, soal persahabatan. Driven, soal balap mobil, membahas tentang panggilan hati yang murni kepada sebuah impian. Atau cermati esai-esai Sindhunata. Tapi, berapa banyak film Indonesia yang mengambil tema tentang olahraga? Dalam 10 tahun terakhir, berapa banyak film yang mengangkat seputar, misalnya, badminton, tinju, dan sepakbola? Jika kita mengingat, ada Gara-Gara Bola yang bicara soal konsekuensi berjudi, Kwaliteit 2 yang memperlihatkan perjuangan menjadi yang terbaik, atau kehidupan seorang petinju illegal dalam Sang Dewi. Yang akan beredar adalah film keluarga Garuda di Dadaku dan King yang berhubungan dengan pebulutangkis legendaris Liem Swie King. Akan ada pula Merantau yang mengangkat pencak silat tradisional. Romeo Juliet (Romjul) karya Andi Bachtiar Yusuf adalah satu dari yang sedikit itu. Di sini, seperti di film sebelumnya, The Conductors, Yusuf mengangkat tema yang jarang disentuh: fanatisme penggemar olahraga. Mengangkat cinta terlarang antara cowok The Jak (pendukung Persija) dengan Bobotoh Viking (Persib) yang adalah musuh bebuyutan, ia dengan jelas menjelaskan bahwa sepakbola adalah ideologi, kehidupan, bahkan, mengutip sebuah dialog, "larger than life!". Ia menjadi "agama" baru yang dipatuhi dan layak diperjuangkan. Seperti musik, negara, cinta, bahkan agama, sepakbola di sini bisa sekaligus pemersatu dan pemecah belah. Tetapi ia juga menghembuskan gagasan, bahwa dari olahraga kita bisa memetik banyak sekali hikmah. Juga ide agar jangan ada lagi yang terluka, sangat kuat terlihat. Di balik adegan laga yang walau pun banyak aksi kekerasan di sini, tetapi justru ia mendakwahkan sebaliknya: stop kekerasan. Dan Yusuf tahu, hal itu tak mudah, bahkan berseberangan dengan hakikat dari hooligan lokal kita. Tapi ia tetap bergeming. Satu lagi sumbangan berharga film ini adalah terbukanya (lagi) pengkajian tentang kelaki-lakian (manliness). Selama ini jika membahas tentang kajian gender, selalu berupa mengkaji posisi dan kedudukan perempuan. Bagaimana dengan representasi laki-laki dalam sinema kita? Pernah ada film semacam 9 Naga atau Mengejar Matahari, tapi sepertinya jarang dibahas dari segi ini, nah, di Romjul, ia tak hanya berpeluang, tetapi membuka dirinya, memohon untuk dianalisa dari sisi maskulinitas. Sayang sekali jika tak ada yang melirik ke pendekatan ini. Studi bidang ini pernah ditulis oleh Marshall Clark yang menyatakan bahwa karakter pria setelah masa reformasi menjadi sosok yang lemah dan jahat, dan sebaliknya, karakter perempuan yang biasanya terpojok dan lemah menjadi lebih kuat dan mandiri., Misalnya, bagaimana sosok pemimpin karismatis seperti Yuli dari Arema, menangis dan curhat soal kisah cintanya yang gagal "hanya" karena tim sepakbola mereka bermusuhan. Atau bagaimana hubungan Rangga dengan per-group-nya, khususnya Agus, yang erat bagai saudara. "cinta lu absurd", ujar Agus. "Mana ada orang yang babak belur karena urusan cinta sahabatnya". Sebuah persahabatan di dunia lelaki yang sangat tidak mungkin untuk dikaitkan dengan homoerotica, seperti yang pernah dikaji saat membahas hubungan Soe Hok Gie dengan sahabatnya dalam Gie. Ini adalah urusan cowok, bro! Ye nggak ye? Hal menarik lainnya adalah akting Ramon Tungka dan Sissy Priscilla yang menonjol dan mampu memerankan sesuatu di luar diri mereka dengan meyakinkan. Satu lagi yang patut dicatat adalah insiden pemukulan tim Romjul di Bandung sewaktu akan berdiskusi di salah satu radio. Kejadian



















Pertanyaan Lainnya